Home Hiburan Menyalakan Semangat Inklusivitas Lewat Artjog 2022

Menyalakan Semangat Inklusivitas Lewat Artjog 2022

by Redaksi
0 comment

Yogyakarta, Nusajawa.id – Artjog kembali digelar di Jogja National Museum, Yogyakarta, 7 Juli – 4 September 2022. Event tahunan yang sudah diadakan sejak 2008 ini kembali menghadirkan pameran seni kontemporer karya seniman lokal.

Menurut Direktur Program Artjog Gading Paksi, acara ini menjadi ajang temu kangen antara seniman, karya seni, dan penikmatnya dalam satu ruangan.

“Artjog adalah festival seni kontemporer yang tujuan utamanya adalah pameran seni rupa. Dalam penyelenggaraan Artjog, kami tidak menutup kesempatan untuk siapa pun. Ruang lingkupnya dari mana saja. Tahun ini, kami ingin menekankan kembali bahwa Artjog adalah ruang yang sangat inklusif.untuk semua orang,” kata Gading dikutip dari laman Kemenparekraf Minggu (17/07).

Tahun ini, jumlah seniman yang berpartisipasi lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Apalagi pelaksanaan Artjog sempat terkendala dua tahun karena pandemi. Gading menilai karya seni di Artjog kali ini lebih berkualitas dan variatif. Artjog 2022 memamerkan hasil eksperimen dan pengembangan ide para seniman.

“Banyak karya seni yang tidak terduga. Tahun ini, yang terdaftar sebagai nama ada 61 seniman, terdiri dari grup atau instansi. Mereka terlibat dalam satu pengerjaan karya yang sama sehingga membentuk collective artist yang terdiri dari 8-10 orang. Kurang lebih ada 150 hingga 200 karya seni yang dipamerkan di Artjog 2022,” imbuhnya.

Tema Artjog 2022 adalah Expanding Awareness yang merupakan subjudul dari rangkaian acara Arts In Common, sebuah program yang sudah dilaksanakan sejak 2019. Para kurator telah merangkum karya seni sejak 2019-2022 demi inklusifitas Artjog itu sendiri, termasuk dari dan untuk teman-teman difabel dan anak-anak.

“Tema ini menjadi salah satu sisi refleksi kami tentang apa yang terjadi dua tahun kemarin. Kami ingin menegaskan Artjog aware dengan teman-teman sekitar, seperti anak-anak dan teman disabilitas yang kadang suka terlupakan dalam pameran seni. Kami ingin menjadikan peristiwa ini sebagai momentum inklusif, siapa pun boleh terlibat,” ucap Gading.

Secara tradisi, Artjog menampilkan karya dari commission artist, yaitu Ay Tjoe Christine, seorang seniman asal Bandung. Secara khusus Gading menyebutkan, dia dan penyelenggara meminta seniman untuk membuat suatu karya yang “ramah anak”. Bekerja sama dengan seniman asal Yogyakarta, Tempa, Artjog menghadirkan sebuah instalasi seni modular yang bisa dimainkan oleh anak-anak.

Selain itu, Artjog juga menggandeng seniman dari Yogya Disability Arts untuk menciptakan sebuah karya kolaboratif. Instalasi bersama disabilitas ini akhirnya mengisi ruang khusus di Artjog.

“Artjog di sini berperan sebagai media atau subsektor yang mendukung seni secara inklusif. Tanggung jawab Artjog adalah memberikan ruang sebaik-baiknya untuk memfasilitasi seniman, dari segi teknisnya agar karya mereka bisa direpresentasikan dengan baik. Jika demikian, maka orang juga akan nyaman menikmatinya,” imbuh Gading.

Ia berharap pelaksanaan Artjog bisa memberikan dampak yang luas. Tidak hanya antara seniman dengan penikmatnya, tetapi juga pihak-pihak pendukung lainnya, seperti penyedia lighting, pemasang instalasi, bahkan hingga ke tukang parkir dan penyedia hotel untuk para pengunjung dan seniman yang datang. Inilah “lapisan” yang ingin disentuh oleh Artjog, bisa menciptakan dampak tidak langsung tapi terasa ke berbagai pihak.  (NJ/red)

You may also like

Leave a Comment